Selasa, 03 Juli 2018

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN


MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Materi Al-Qur’an Hadist MA
                                                                                      

                                                                           

Disusun Oleh:
Kelompok 10
M. Zainul Fuad                             (210315179)
Nabila Nurmayanti                       (210315184)

Dosen Pengampu :
Annas Ma’ruf, M.Pd.I


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus,dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya. Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
Pendidikan yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang adalah pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan kepentingan lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas mengenai mensyukuri nikmat Allah dan menjaga kelestarian lingkungan, karena al-qur’an telah menjelaskan tentang mensyukuri nikmat Allah dan pentingnya menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.

B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah SWT?
2.    Bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan?
BAB II
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN

A.  Mensyukuri Nikmat Allah SWT
Bersyukur kepada Allah SWT pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaan-Nya adalah berasal dari Allah SWT. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih dan pengakuan tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Kita sering kali berterima kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan satu hal yang justru harus kita lakukan yaitu mensyukuri nikmat Allah yang ada pada diri kita semuanya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam, disetiap detik yang dilalui manusia tidak pernah lepas dari nikmat Allah, nikmatnya sungguh sangat besar, sehingga manusia tidak akan dapat menghitungnya.
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau tidak mau untuk menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah ta’ala. Kita berlindung kepada Allah dari sifat kufur nikmat ini. Bila kita pandai dalam mensyukuri nikmat Allah maka hal ini akan mendatangkan nikmat-nikmat Allah lainnya.
Disini yang merupakan tanda-tanda orang yang bersyukur adalah sebagi berikut:
a.    Mengakui, memahamai, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah memberikan nikmat. Pengertiannya disini adalah bahwa segala nikmat pada dasarnya Allah yang memberikan kepada kita. Manusia adalah juga merupakan perantara dari pemberi nikmat yang sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah SWT, bukan karena makhluk ataupun lainnya.
b.    Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah. Jadi tanda mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan beribadah dan taat menjalankan ajaran agama.  [1]

1.    Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah SWT
Surat Al-Ankabut Ayat 17
اِنَّمَا تَعْبُدُ وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَايَمْلِكُوْنَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ  اِلَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.”
2.    Penjelasan ayat
 Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah. Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah. Dia yang memberikan segala rezeki oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya. .
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah” dan bersyukurlah kepada-Nya. Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk mensyukuri segala rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki yang langsung diberikan Allah tanpa diminta dan diusahakan seperti pemberian nyawa (ruh), anggota tubuh, maupun rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan terlebih dahulu seperti harta dan benda, uang, kesehatan dan lain sebagainya.
Adapun lebih jelas lagi kandungan ayat tersebut adalah adanya perintah Allah. Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada Allah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang diberikan Allah.
Walaupun ayat tersebut merupakan sebuah teguran dan nasihat Allah kepada umat Nabi Ibrahim AS, namun menurut Moh.Matsna kandungan ayatnya ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur hanya kepada Allah swt yang telah banyak memberikan nikmat/rezeki.
 Oleh karena itu, dengan berpedomankan Al-Qur’an surah al-Ankabut ayat 17 di atas, kita patut dan bahkan wajib sekali untuk bersyukur kepada Allah. Apalagi perintah ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur’an surah al-Kautsar “Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.[2]
3. Cara Mensyukuri Nikmat Allah
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.    Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata.
b.    Mensyukuri dengan lisan, dengan melalui cara memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
c.    Mensyukuri dengan perbuatan.
a)    Berdzikir kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya yaitu ingat kepada-Nya dengan selalu mengingat ciptaan dan tujuan dari ciptaan-Nya. Kemudian bersyukur kepada Allah dan disertai memanfaatkan, memelihara nikmat dan karunia-Nya sesuai dengan tujuan penciptaan-Nya.
b)   Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah.
c)    Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.[3]

B.  Menjaga Kelestarian Lingkungan
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda ra pernah mengatakan bahwa ditempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar disisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Allah SWT.
Pendidikan lingkungan yang diajarakan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak dijumpai dalam ayat al-Qur’an membahas tentang lingkungan dengan sangat jelas dan prospektif.
Disini Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk merusaknya, dan sebagainya. Seperti yang akan di bahas berikut ini.[4]

1.    Ayat al-Qur’an Tentang Menjaga Kelestarian Lingkungan
Surat Ar-Rum ayat 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمَلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ﴿41﴾ قُلْ سِيْرُوا فِي الْاَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ﴿42﴾ 
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
2.    Kandungan Surat Ar-Rum 41-42 
Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-Nya juga memberikan manusia kedudukan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas memanfaatkan, mengelola dan memelihara.
Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan menengok kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT. Banyak kisah-kisah orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat rasul dan tabi’in. Pada masa itu manusia juga banyak melakukan kerusakan di bumi. Sampai akhirnya Allah SWT. memusnahkannya.[5]
3.    Cara Menjaga Kelestarikan Lingkungan
Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya ;
a.    Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.
b.    Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut, dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
c.    Membudidayakan tanaman dan hidup bersih.
d.   Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap rahasia alam dan asal usul kejadiannya, tujuan dan akhir kejadiannya. [6]

Jadi ada peribahasa yang mengatakan “Kebersihan adalah sebagian dari iman”, maka rawatlah bumi ini dan sadarlah kita sebagai khalifah yang tugasnya untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan apa yang ada di bumi ini.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.    Mensyukuri nikmat Allah
Bersyukur kepada Allah SWT pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaan-Nya adalah berasal dari Allah SWT. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih dan pengakuan tulus atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya. Disini ayat yang terkandung mengenai mensyukuri nikmat Allah ada pada surat al-Ankabut ayat 17.
2.    Menjaga kelestarikan lingkungan
Pendidikan lingkungan yang diajarakan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak dijumpai dalam ayat al-Qur’an membahas tentang lingkungan dengan sangat jelas dan prospektif.
Disini Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk merusaknya, dan sebagainya. Seperti yang ada dalam surat ar-Rum ayat 41-42 yang sudah dibahas diatas.


DAFTAR PUSTAKA

Fachrudin.  Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta: Buku Obor, 2005.
Yusmin, Alim.  Lingkungan dan Kadar Iman Kit. Bandung: Hidayatullah, 2006.
Harahap, Adnan.  Islam dan Lingkungan. Jakarta: Fatma Press, 1997.
Shihab, M. Quraish.  Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta, Lentera Hati, 2002.
Matsna, Mohammad.  Pendidikan Agama Islam. Semarang: Karya Toha, 2009.





[1] Moh. Matsna, Pendidikan Agama Islam (Semarang: Karya Toha, 2009),10-13.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an(Jakarta, Lentera Hati, 2002), 461-463.
[3] Moh. Matsna, Pendidikan Agama Islam, 17-18.
[4] Adnan Harahap, Islam dan Lingkungan, (Jakarta: Fatma Press, 1997), 34-36.
[5] Fachrudin, Konservasi Alam dalam Islam, (Jakarta: Buku Obor, 2005), 66-69.
[6] Alim Yusmin, Lingkungan dan Kadar Iman Kita, (Bandung: Hidayatullah, 2006), 45-46.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar