MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN MENJAGA
KELESTARIAN LINGKUNGAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Studi Materi Al-Qur’an Hadist MA”
Disusun Oleh:
Kelompok 10
M. Zainul Fuad (210315179)
Nabila Nurmayanti (210315184)
Dosen Pengampu :
Annas Ma’ruf, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia,
merupakan pemberian yang terus menerus,dengan bermacam-macam bentuk lahir
dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga
ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia
tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi
kepadanya sangat banyak dari permintannya. Nikmat yang sangat besar bagi
manusia adalah nikmat iman. Yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan
seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam
Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
Pendidikan yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang adalah
pendidikan lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan kepentingan
lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat
mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara
luas mengenai mensyukuri nikmat Allah dan menjaga kelestarian lingkungan,
karena al-qur’an telah menjelaskan tentang mensyukuri nikmat Allah dan pentingnya
menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah SWT?
2. Bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan?
BAB II
MENSYUKURI NIKMAT ALLAH DAN MENJAGA KELESTARIAN
LINGKUNGAN
A.
Mensyukuri Nikmat Allah SWT
Bersyukur kepada Allah SWT pada hakikatnya adalah
mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua
makhluk ciptaan-Nya adalah berasal dari Allah SWT. Dalam bahasa mudahnya
bersyukur adalah berterima kasih dan pengakuan tulus atas nikmat dan karunia yang
diberikan-Nya. Kita sering kali berterima kasih kepada sesama manusia, tetapi
melupakan satu hal yang justru harus kita lakukan yaitu mensyukuri nikmat Allah
yang ada pada diri kita semuanya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan
bentuknya bermacam-macam, disetiap detik yang dilalui manusia tidak pernah
lepas dari nikmat Allah, nikmatnya sungguh sangat besar, sehingga manusia tidak
akan dapat menghitungnya.
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan atau
tidak mau untuk menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan
adalah dari Allah ta’ala. Kita berlindung kepada Allah dari sifat kufur nikmat
ini. Bila kita pandai dalam mensyukuri nikmat Allah maka hal ini akan
mendatangkan nikmat-nikmat Allah lainnya.
Disini yang merupakan tanda-tanda orang yang bersyukur
adalah sebagi berikut:
a.
Mengakui, memahamai, serta menyadari bahwa Allah-lah yang telah memberikan
nikmat. Pengertiannya disini adalah bahwa segala nikmat pada dasarnya Allah
yang memberikan kepada kita. Manusia adalah juga merupakan perantara dari
pemberi nikmat yang sesungguhnya yaitu Allah. Orang yang bersyukur senantiasa
menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya kepada Allah SWT, bukan karena
makhluk ataupun lainnya.
b.
Orang bersyukur akan menunjukkan dalam bentuk ketaatan kepada Allah. Jadi
tanda mensyukuri nikmat Allah adalah menggunakan nikmat tersebut dengan
beribadah dan taat menjalankan ajaran agama. [1]
1. Ayat al-Qur’an Tentang Nikmat Allah SWT
Surat Al-Ankabut Ayat 17
اِنَّمَا تَعْبُدُ وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ
اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَايَمْلِكُوْنَ لَكُمْ
رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا
لَهُ اِلَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ
Artinya:
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah
itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah
selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu
di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-
Nyalah kamu akan dikembalikan.”
2. Penjelasan ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi
Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung
buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung
atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa.
Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu
didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur
kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat
Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki
dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak
mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah
menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah menafikan
kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah. Dan
“arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya
penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai
penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha
sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya,
karena hanya Dia yang patut disembah. Dia yang memberikan segala rezeki oleh
karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya. .
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah” dan bersyukurlah
kepada-Nya. Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk mensyukuri segala
rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki yang langsung
diberikan Allah tanpa diminta dan diusahakan seperti pemberian nyawa (ruh),
anggota tubuh, maupun rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan terlebih dahulu
seperti harta dan benda, uang, kesehatan dan lain sebagainya.
Adapun lebih jelas lagi kandungan ayat tersebut adalah adanya perintah
Allah. Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada
Allah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang
diberikan Allah.
Walaupun ayat tersebut merupakan sebuah teguran dan nasihat Allah kepada
umat Nabi Ibrahim AS, namun menurut Moh.Matsna kandungan ayatnya ditujukan
kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur hanya kepada Allah swt yang
telah banyak memberikan nikmat/rezeki.
Oleh karena itu, dengan
berpedomankan Al-Qur’an surah al-Ankabut ayat 17 di atas, kita patut dan bahkan
wajib sekali untuk bersyukur kepada Allah. Apalagi perintah ini dipertegas oleh
Allah dalam Al-Qur’an surah al-Kautsar “Sesungguhnya Kami telah memberikan
nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.[2]
3. Cara Mensyukuri
Nikmat Allah
Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah
swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a.
Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa
segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata.
b.
Mensyukuri
dengan lisan, dengan melalui cara memperbanyak ucapan alhamdulillah (segala
puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur
juga milik Allah).
c.
Mensyukuri dengan perbuatan.
a)
Berdzikir
kepada Allah SWT dan bersyukur kepada-Nya yaitu ingat kepada-Nya dengan selalu
mengingat ciptaan dan tujuan dari ciptaan-Nya. Kemudian bersyukur kepada Allah
dan disertai memanfaatkan, memelihara nikmat dan karunia-Nya sesuai dengan
tujuan penciptaan-Nya.
b)
Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah
Allah, baik perintah wajib, sunnah maupun mubah.
c)
Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari,
menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang
haram maupun yang makruh.[3]
B. Menjaga
Kelestarian Lingkungan
Pendidikan lingkungan telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda ra pernah
mengatakan bahwa ditempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah
diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya
usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut
akan mendatangkan pahala yang besar disisi Allah SWT dan bekerja untuk
memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Allah SWT.
Pendidikan lingkungan yang
diajarakan oleh Rasulullah SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak dijumpai
dalam ayat al-Qur’an membahas tentang lingkungan dengan sangat jelas dan
prospektif.
Disini Al-Qur’an sebagai kitab
suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai
lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk
merusaknya, dan sebagainya. Seperti yang akan di bahas berikut ini.[4]
1.
Ayat al-Qur’an
Tentang Menjaga Kelestarian Lingkungan
Surat Ar-Rum
ayat 41-42
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمَلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ﴿41﴾ قُلْ سِيْرُوا فِي الْاَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ
مُّشْرِكِيْنَ﴿42﴾
41. Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah “Adakanlah
perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan
(Allah).”
2.
Kandungan Surat
Ar-Rum 41-42
Allah menciptakan Jin dan Manusia
untuk beribadah kepada-Nya juga memberikan manusia kedudukan sebagai khalifah
di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas memanfaatkan, mengelola dan
memelihara.
Tetapi seringkali manusia lalai
dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan yang mereka lakukan
terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan
dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan
kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di
darat dan di laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan
udara, dll.
Dalam ayat ini Allah menyuruh
kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan menengok kembali kisah-kisah
umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT. Banyak
kisah-kisah orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat
rasul dan tabi’in. Pada masa itu manusia juga banyak melakukan kerusakan di
bumi. Sampai akhirnya Allah SWT. memusnahkannya.[5]
3.
Cara Menjaga Kelestarikan Lingkungan
Usaha yang dapat kita lakukan
untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya ;
a.
Rehabilitasi
sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.
b. Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut, dan kawasan udara perlu dilanjutkan
dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
c. Membudidayakan tanaman dan hidup bersih.
d.
Melakukan
penelitian dan pengkajian terhadap rahasia alam dan asal usul kejadiannya,
tujuan dan akhir kejadiannya. [6]
Jadi ada peribahasa yang
mengatakan “Kebersihan adalah sebagian dari iman”, maka rawatlah bumi ini dan sadarlah
kita sebagai khalifah yang tugasnya untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan
apa yang ada di bumi ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mensyukuri nikmat Allah
Bersyukur kepada Allah SWT pada hakikatnya adalah
mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua
makhluk ciptaan-Nya adalah berasal dari Allah SWT. Dalam bahasa mudahnya
bersyukur adalah berterima kasih dan pengakuan tulus atas nikmat dan karunia
yang diberikan-Nya. Disini ayat yang terkandung mengenai mensyukuri nikmat
Allah ada pada surat al-Ankabut ayat 17.
2.
Menjaga kelestarikan lingkungan
Pendidikan lingkungan yang diajarakan oleh Rasulullah SAW berdasarkan
wahyu, sehingga banyak dijumpai dalam ayat al-Qur’an membahas tentang
lingkungan dengan sangat jelas dan prospektif.
Disini Al-Qur’an
sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan,
larangan untuk merusaknya, dan sebagainya. Seperti yang ada dalam surat ar-Rum ayat
41-42 yang sudah dibahas diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Fachrudin. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta:
Buku Obor, 2005.
Yusmin, Alim. Lingkungan dan Kadar Iman Kit. Bandung:
Hidayatullah, 2006.
Harahap, Adnan. Islam dan Lingkungan. Jakarta: Fatma Press,
1997.
Shihab, M. Quraish. Tafsir
Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta, Lentera Hati,
2002.
Matsna,
Mohammad. Pendidikan Agama
Islam. Semarang: Karya Toha, 2009.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian
Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), 461-463.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar